RSS

Selasa, 26 Maret 2013

Membedakan Karya Tulis dan Mengenai Sikap Ilmiah



Karya Tulis Ilmiah
            Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan suatu fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Suatu karya tulis ilmiah dapat dibuktikan kebenarannya. Karya tulis ilmiah menggunakan penulisan bahasa yang kongkrit dengan gaya bahasa yang formal. Berikut ciri-ciri dari karya tulis ilmiah:
·         Menyajikan fakta objektif secara sistematis.
·         Pernyataannya cermat, tepat, benar dan tidak memuat terkaan.
·         Penulisnya tidak mengejar keuntungan pribadi.
·         Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual dan prosedural.
·         Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta.
·         Tidak emotif menonjolkan perasaan.
·         Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta.

Karya Tulis Populer
            Karya tulis populer merupakan karya tulis yang ditujukan untuk masyarakat umum. Bahan pembicaraan dalam karangan pengetahuan populer itu biasanya mengenai kehidupan sehari-hari dan bukan hal yang bersifat ilmiah tinggi.
Berikut ciri-ciri karya ilmiah populer menurut Hakim (2004 : 57) yaitu:

  • Bahan berupa fakta yang objektif.
  • Penyajian menggunakan bahasa yang cermat, tidak terlalu formal tetapi tetap taat asas, disusun secara sistematis, dan tidak memuat hipotesis.
  • Sikap penulis tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang meragukan.
  • Penyimpulan dilakukan dengan memberikan fakta.

Karya Tulis Non-Ilmiah
            Karya tulis non-ilmiah merupakan karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan  fakta pribadi. Karya tulis ini bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasa yang digunakan bisa kongkrit atau abstrak, gaya bahasanya dapat secara formal dan teknis, atau formal dan populer. Karya tulis non ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi yang sifatnya subjektif, misalnya fakta yang disimpulkan dari data hasil wawancara. Oleh karena itu karya tulis pengetahuan yang ditulis berdasar kuesioner atau hasil tes-tes lainnya (dalam pendidikan) adalah karya tulis yang bersifat non-ilmiah, meskipun subyeknya ilmu pengetahuan dan metode pengumpulan data direncanakan secara ilmiah, serta diproses menurut statistika. Berikut ciri-ciri dari karya tulis non-ilmiah:
·         Penyajiannya lebih bersifat subjektif.
·         Mengandung usulan dengan efek dan kesimpulan yang diharapkan penulis.
·      Bersifat persuasif, sesuai dengan keyakinan penulis yang mengajak pembaca untuk berubah pendapat.
·         Pandangan yang dikemukankan penulis tidak didukung fakta umum.
·    Motivasinya lebih mementingkan diri sendiri, karena itu isinya bisa melebih-lebihkan sesuatu.
·     Kesimpulan penulis lebih bersifat argumentatif, sehingga kurang atau tidak membiarkan fakta berbicara sendiri.

Sikap Ilmiah
       Penulis suatu karya ilmiah sebaiknya memiliki sikap-sikap ilmiah agar karyanya dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada masyarakat maupun kepada diri sendiri.
            Menurut Brotowidjoyo (1985:33-34), orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki tujuh macam sikap ilmiah. Ketujuh macam sikap tersebut diantaranya yaitu:
1)      Sikap ingin tahu
Sikap ini diwujudkan dengan selalu bertanya mengenai berbagai hal. Mengapa demikian? Apa saja unsur-unsurnya? Bagaimana kalau diganti dengan komponen lain?
2)      Sikap kritis
Sikap ini direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.
3)      Sikap terbuka
Sikap ini dinyatakan dengan selalu bersedia mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain.
4)      Sikap objektif
sikap ini diperlihatkan dengan cara menyatakan apa adanya, tanpa dibarengi oleh perasaan pribadi.
5)      Sikap rela menghargai karya orang lain
Sikap ini diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinil milik pengarang asli.
6)      Sikap berani mempertahankan kebenaran
Sikap ini mempertahankan kebenaran diwujudkan dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.
7)      Sikap menjangkau ke depan
Sikap ini dibuktikan dengan sikap “futuristik”, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikan, bahkan mampu menyusun suatu teori baru.


 Sumber:
Arifin, Zaenal. 1998. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
AG, Haryanto, Hartono Ruslijanto, dan Datu Mulyono. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Penalaran Deduktif



2.      Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif merupakan suatu penalaran yang didasarkan pada teori yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala, kemudian ditarik kesimpulan hal yang khusus atau penalaran yang disusun dari hal yang bersifat umum ke khusus. Berikut adalah jenis-jenis dari penalaran deduktif yaitu:
1)      Silogisme
Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif yang disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dalam silogisme terdapat dua premis dan satu premis kesimpulan. Kedua premis itu adalah premis umum atau premis mayor dan premis khusus atau premis minor.
Silogisme dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya:
·         Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial merupakan silogisme yang semua proposisinya adalah kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Dari kedua premis tersebut kesimpulan dapat dirumuskan sebagai berikut:

PU     : semua A = B
PK     : C = A
K       : C = B
Contoh:
PU       Semua laporan keuangan digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu perusahaan.
PK       Laporan laba rugi merupakan Laporan keuangan
K         Laporan kaba rugi digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu perusahaan.
Hukum-hukum Silogisme Kategorik:
Ø  Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
PU     : Semua yang dilakukan dengan kerja keras, membuahkan hasil.
PK     : Sebagian pekerjaan tidak membuahkan hasil.
K       : Sebagian pekerjaan tidak dilakukan dengan kerja keras.
Ø  Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
PU     : Semua polusi mengganggu kesehatan.
PK     : Sebagian kota terkena polusi.
K       : Sebagian kota terganggu kesehatannya.
Ø  Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
P1      : Beberapa murid SDN Kebon Bawang pandai membaca puisi.
P2      : Fresti adalah murid SDN Kebon Bawang.
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Ø  Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
P1      : Kelinci bukan bunga kembang sepatu.
P2      : Kancil bukan bunga kembang sepatu.
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Ø  Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh:
semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
Ø  Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
P1      : Kembang Sepatu adalah bunga
P2      : Akasia bukan kembang sepatu
Akasia bukan bunga ?
Bunga pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif.
Ø  Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
P1      : Bulan itu berputar mengelilingi bumi
P2      : Desember adalah bulan.
Desember berputar mengelilingi bumi?
Ø  Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklusinya.
Contoh:
P1      : Televisi adalah barang elektronik.
P2      : Komputer adalah barang elektronik.
P3      : Panci adalah alat masak.
P4      : Kompor adalah alat masak.
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
·         Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetik merupakan argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik. Ada empat macam tipe silogisme hipotetik:
Ø  Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
PU     : Jika banjir, saya memakai sendal.
PK     : Sekarang banjir.
K       : Saya memakai sendal.
Ø  Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
PU     : Jika banjir surut, jalanan akan dipenuhi sampah.
PK     : Sekarang jalanan telah dipenuhi sampah.
K       : Banjir telah surut.
Ø  Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
PU     : Jika perusahaan memiliki likuiditas tinggi, maka investor akan tertarik pada perusahaan tersebut.
PK     : Perusahaan memiliki likuiditas rendah.
K       : Investor tidak akan tertarik pada perusahaan tersebut.
Ø  Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
PU     : Bila perusahaan memiliki likuiditas tinggi, maka investor akan tertarik pada perusahaan tersebut.
PK     : Investor tidak tertarik pada perusahaan tersebut.
K       : Perusahaan memiliki likuiditas rendah.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
-          Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
-          Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
-          Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
-          Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
·         Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif merupakan silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
PU     : Talia mengajar kursus bahasa inggris di daerah Kelapa Gading atau di Sunter.
PK     : Talia mengajar kursus bahasa inggris di daerah Kelapa Gading.
K       : Jadi, Talia tidak mengajar kursus bahasa inggris di daerah Sunter.

2)      Entimem
Enitimem merupakan silogisme yang dipersingkat, hanya terdiri dari premis khusus dan kesimpulan. Entimem mengandung penyimpulan sebab akibat dari kedua preposisi tersebut, yaitu preposisi khusus (premi khusus) merupakan sebab bagi apa yang terkandung di dalam preposisi kesimpulan.
Contoh:
Silogisme kategorial:
PU : Semua karyawan PT Miracle (A) adalah lulusan perguruan tinggi (B).
PK : Denny (C) adalah seorang karyawan PT Miracle (A).
K   : Denny (C) adalah lulusan perguruan tinggi (B).
Entimem: Denny adalah lulusan perguruan tinggi, ia seorang karyawan PT Miracle.


Sumber:
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/paragraf-deduktif-ciri-cirijenis-contoh-paragraf-deduktif-dan-pengertian-paragraf-deduktif/
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme


Selasa, 19 Maret 2013

Penalaran Induktif


Apa itu Penalaran?
Penalaran merupakan suatu pemikiran atau cara berpikir secara logis dan sistematis untuk memperoleh suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Suatu kegiatan penalaran dapat bersifat ilmiah ataupun tidak ilmiah.  Dalam hal prosesnya, penalaran dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu, penalaran secara induktif dan penalaran secara deduktif. Penalaran ilmiah mencakup ke dalam kedua jenis penalaran tersebut.
1.      Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan proses penalaran untuk menarik suatu kesimpulan yang berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum dengan berdasarkan atas fakta-fakta yang sifatnya khusus atau suatu penalaran yang disusun dari hal yang bersifat khusus ke umum.
      Penalaran induktif terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a)      Generalisasi
Generalisasi merupakan proses penalaran secara induktif yang berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu.
Contoh:           
Di Maluku terdapat tari cakalele yang menggambarkan tari perang dimana biasanya diperagakan oleh pria dewasa yang  memegang parang dan perisai. Sulawesi terkenal dengan tarian pakarenanya yang diiringi oleh dua kepala drum dan sepasang instrumen alat semacam suling. Di NTT memiliki tari perang yang menunjukkan sifat-sifat perkotaan dan kepedulian mempermainkan senjata. Tari-tarian yang disebut tersebut merupakan beberapa tarian dari Indonesia bagian timur. Indonesia memiliki banyak pulau dan provinsi, membuatnya kaya akan budaya tarian dan patut untuk kita lestarikan dan perkenalkan ke mata dunia.

Kemudian, generalisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
·         Generalisasi dengan loncatan induktif
Generalisasi yang dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki dan diterapkan untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pelajar sudah memiliki handphone.
·         Generalisasi tanpa loncatan induktif
Generalisasi yang dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan yang telah diselidiki.
Contoh:
Data survey LSM

b)     Analogi
Analogi merupakan proses penalaran secara induktif dimana pada kesimpulannya mengenai suatu kebenaran atau gejala yang ditarik berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. 
Contoh:
Kehidupan ini seperti roda yaitu bulat dan terus berputar. Terkadang ada saatnya kita berada di atas dan mungkin akan berbalik menjadi di bawah. Saat berada di atas, kita merasa mudah untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginan kita dan sering kali memunculkan suatu keegosian dan sombong, tetapi saat kita berada pada kondisi di bawah atau dalam hal kondisi ekonomi yang terpuruk, tidak dapat dipungkiri kita pasti akan putus asa dan kecewa. Berada di manapun posisi kita, tetap harus bersyukur dan rendah hati karena Tuhan mempersiapkan rencana yang indah untuk kita.

c)      Kausal
Kausal merupakan proses penalaran secara induktif dimana adanya hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat. Kausal dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya:
·         Hubungan sebab akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Makan tidak teratur, Mengalami naiknya asam lambung yang sangat berlebihan, Menggunakan obat-obatan penghilang nyeri atau anti peradangan, seperti aspirin secara terus-menerus, Minum alkohol dan merokok, Makanan pedas, panas dan asam dan Pola tidur tidak teratur merupakan beberapa hal yang dapat membuat kita dapat terserang maag.
·         Hubungan akibat sebab
Dalam hubungan ini dikemukan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh:
Penyakit kanker, jantung, gangguan kehamilan bagi perempuan dan mempunyai dampak bahaya pula bagi yang menghirupnya merupakan hanya beberapa dari efek yang kita dapat bila merokok, apalagi dilakukan secara intens.
·         Hubungan sebab akibat 1 akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Pasokan beras di pasar tradisional pun semakin lama semakin menipis sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan beras. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan impor beras dari negara tetangga dengan harapan masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan pangannya selama menunggu hasil panen berikutnya.




Sumber: