1. Asosiasi :Gaya perbandungan terhadap benda yang sudah disebutkan dengan member persamaan dengan benda tersebut sehingga jelas pada pembaca keadaan benda itu.
Contoh :
· Mukanya pucat bagai mayat
· Pikrannya kusut seperti benang dilanda ayam
2. Metaphora : Sebuah benda dibandingkan langsung dengan benda lain bersifat sama dengan benda semula.
Contoh :
· Raja siang bersinar diufuk timur
· Dewi malam keluar dari perpaduan
3. Personifikasi : Sifat benda mati diumpamakan dengan makhluk hidup.
Contoh :
· Menjerit peluit kereta malam
· Lonceng memanggil para siswa masuk kelas
4. Metonimia : Gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau nama yang disamakan dengan suatu benda dipakai untuk menggantikan benda yang dimaksud.
Contoh :
· Dia sedang mengendarai kijang
· Mereka memakai masda bukan holden
5. Pleonasme : Gaya bahasa penegas dengan menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu karena yang dinyatakan oleh kata itu terkandung dalam kata sebelumnya.
Contoh :
· Salju putih meliputi pegunungan Himalaya
· Ia menoleh ke samping
6. Hiperbola : Ungkapan penegas sepatah kata di ganti dengan kata lain yang mengandung arti yang lebih hebat.
Contoh :
· Tiba-tiba amarahnya meledak
· Pelawak tersebut berhasil mengoyak-ngoyak perut penonton
- Litotes : Gaya bahasa ini mempergunakan kata-kata yang berlawanan dengan maksud merendahkan diri.
Contoh :
- Apakah saudara mau mengunjungi wubuk kami ?
· Terimalah bingkisan yang tak berarti ini dengan senang hati
- Euphimisme (Ungkapan) : Sebuah kata diganti dengan kata yang lain untuk melembutkan artinya supaya sopan terdengarnya.
Contoh :
- Ijinkan saya hendak ke belakang
· Ibuku sudah kurang pendengarannya
- Simbolik : Gaya bahasa kiasan yang melukiskan sesuatu dengan benda-benda lain sebagai simbol atau lambang.
Contoh :
- Bunglon, lambang bagi yang tak tetap pendiriannya
- Lintah darat, lmabang dari pemeras
- Ironi : Gaya bahasa sindiran yang dikatakan sebaliknya dari pada sebenarnya, dengan maksud menyindir secara halus orang yang diajak bicara.
Contoh :
· Bagus benar tulisanmu, sampai-sampai aku menjadi pusing
- Cynisme : Gaya bahasa menyindir lebih kasar dari ironi biasanya tidak dikatakan yang sebaliknya lagi.
Contoh :
- Muntah aku melihat perbuatanmu itu
- Mual perutku mendengar kata –katamu yang mencari helah
- Sarkasme : Gaya bahasa kiasan yang kasar sekali, memaki-maki dengan kata yang tak akan dipergunakan oleh orang-orang yang sopan.
Contoh :
- Walaupun engkau mampus tak ada peduliku
- Mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya
- Repitisi : Sepatah kata diulang beberapa kali untuk mempertegas, sering terdapat dalam prosa.
Contoh :
- Selama nafas masih mengalun, selama darah masih mengalir, selama jantung masih berdebar, aku tidak akan berhenti berjuang
- Bahagia tak usah kamu curi kemana-mana, bahagia tak usah kamu buru ke tempat yang jauh, bahagia ada dalam sanubari sendiri.
- Klimaks : Gaya bahasa penegasan yang makin lama makin menghebat atau mendaki.
Contoh :
- Sepeda, motor, beca, mobil menghiasi keramaian lalu lintas.
- Dari kecil sampai dewasa sampai setua ini, engkau belajar belum juga pandai
- Anti klimaks : Gaya bahasa yang mengatakan beberapa hal atau peristiwa berturut-turut dari yang besar hingga kecil, dari yang penting hingga yang kurang penting, jadi makin menurun.
Contoh :
- Gudung-gedung, rumah-rumah, toko-toko, warung-warung, semuanya mengibarkan sang merah putih
- Syneeddoche Pars pro toto : sebagian untuk menyatakan keseluruhan
Contoh :
- Saya membeli 3 ekor lembu
- Kami menyaksikannya dengan mata dan kepala kami
- Syneedddoche totem pro parte : seluruh untuk menyatakan sebagian
Contoh :
- Sekolah kami mendapat piala kejuaraan basket
- Paradoks : Gaya bahasa pertentangan bila dilihat sepintas lalu, tetapi karena yang dimaksud oleh kata-kata itu objeknya berlianan, maka tak ada pertentangan di dalamnya.
Contoh :
- Dia kaya tapi miskin ( kaya harta tapi miskin ilmu )
- Gajinya besar tetapi hidupnya melarat ( jiwanya menderta )
- Antithese : Gaya bahasa yang mempergunakan paduan kata-kata ynag berlawanan arti.
Contoh :
- Hidup matinya, susah senangnya, serahkan kepadaku
- Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan hadir dalam rapat itu.
- Koreksio : Gaya bahasa penegasan yang dipakai menegaskan dengan membenarkan kembali apa yang salah, yang sudah diucapkan baik sengaja atau tidak.
Contoh :
- Dia adikku, eh bukan kakakku.
- Ibu sedang di dapur, eh bukan di kamar mandi
- Inversi : Pembalikan subjek, predikat menjadi predikat subjek, maksudnya tekanan jatuh pada predikat.
Contoh :
- Pandai sungguh engkau
- Pada malam itu terang benar bulan
- Pararelisme : Gaya bahasa penegasan ini terdapat pada puisi sepatah kata diulang beberapa kali pada tempat yang sama, bila tempatnya di awal disebut Anaphora, sedangkan bila tempatnya di akhir disebut Epipora.
Contoh :
- Anaphora : Apatah tetap
Apatah tak bersalin rupa
Apatah boga sepanjang masa
- Epipora : Kalau kau mau ia akan datang
Bila kau pinta, ia akan datang
Jika kau kehendaki, ia akan datang
- Retoris : Gaya bahasa penengasan dengan menggunkan kalimat tanya tidak bertanya, sering bersifat mengejek atau menyatakan kesangsian.
Contoh :
- Inilah yang kau namakan bekerja ?
- Mana mungkin orang mati hidup kembali ?
- Elipsi : Gaya bahasa yang berbentuk kalimat elips supaya penegasan jatuh pada kata-kata sisa yang tak disebutkan.
Contoh :
- Mencuri lagi, tiada juga jera jera di hukum
- Kalau belum jelas kubentangkan sekali lagi