RSS

Sabtu, 10 November 2012

Tipe-tipe Perilaku Konsumen

Pengambilan keputusan oleh konsumen akan berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Assael, seperti dikutip Kotler (2000), membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara merek, seperti diilustrasikan di bawah ini.
Berikut penjelasan mengenai tipe-tipe perilaku konsumen, yaitu:
1.      Perilaku membeli yang rumit (Complex Buying Behavior)
Perilaku ini membutuhkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari perbedaan-perbedaan yang jelas di antara merek-merek yang ada. Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televisi, pakaian, jam tangan, komputer dan lain-lain.
Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan dan atribut penting lainnya.

2.      Perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokan (Dissonance Reducing Buying Behavior)
Perilaku ini mempunyai keterlibatan yang tinggi dan konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan di antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk yang harganya mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. Contohnya yaitu karpet, keramik, pipa PVC dan lain-lain. Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau yang memberikan kenyamanan. Konsumen akan memperhatikan informasi yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

3.      Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (Habitual Buying Behavior)
Dalam hal ini, konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk seperti gula, garam, air mineral dalam kemasan, deterjen dan lain-lain.
Pemasar dapat membuat keterlibatan antara produk dan konsumennya, misalnya dengan menciptakan produk yang melibatkan situasi atau emosi personal melalui iklan. Misalnya  dengan memberikan tambahan vitamin pada minuman dan sebagainya.

4.      Perilaku Pembeli yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior)
Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah, namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan suatu yang mutlak. Sebagai market leader, pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai kehabisan stok atau dengan promosi yang dapat mengingatkan konsumen akan produknya. Soalnya, sekali kehabisan stok, konsumen akan beralih ke merek lain. Apalagi para pesaing sudah menawarkan barang dengan harga yag lebih rendah. Ini jelas harus dicermati dengan baik. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk yang sering dibeli, harga murah dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.

Sumber:
Simamora, Bilson. 2000. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedi Pustaka Utama.

Sikap, Motivasi dan Mawas diri


Kebutuhan yang bersifat psikologis merupakan kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan yang diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya. Psikologis dalam perilaku konsumen merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yang dilihat dari unsur dalam diri konsumen yang dapat membentuk perilaku konsumen. Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi faktor psikologi yang terutama yaitu motivasi, persepsi, proses belajar serta kepercayaan dan sikap.
Dalam hal sikap, merupakan organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan proses kognitif kepada suatu aspek. Dapat pula dikatakan bahwa sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak.
Kebanyakan dari kebutuhan yang ada tidak cukup kuat untuk memotivasi seseorang pada suatu saat tertentu. Suatu kebutuhan akan berubah menjadi motif, apabila kebutuhan tersebut sudah mencapai tingkat tertentu. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasannya. Menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Adanya suatu dorongan dari dalam diri ataupun luar diri suatu individu akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian.
Dengan adanya sikap dan motivasi yang kita miliki, diperlukan suatu mawas diri dalam melakukan pembelian. Mawas diri menurut Marbun Hardjowirogo adalah meninjau ke dalam hati nurani kita guna mengetahui benar tidaknya, suatu tindakan yang telah diambil secara teknis psikologis, usaha tersebut dapat dinamakan juga introspeksi yang pada dasarnya ialah pencarian tanggung jawab ke hati nurani mengenai suatu perbuatan.
  
Sumber :
Simamora, Bilson. 2000. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jumat, 09 November 2012

Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen


Pembelian merupakan aktivitas memperoleh suatu barang dengan cara membeli yang dilakukan oleh konsumen dan disediakan oleh produsen. Dalam proses pembelian tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian yang dilakukan konsumen (menurut Kolter, 2000), diantaranya:
1.      Kebudayaan
Merupakan faktor perilaku pembelian dimana keseluruhannya yang kompleks dan didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Faktor kebudayaan itu diantaranya:
·         Kultur
·         Subkultur
·         Kelas sosial

2.      Sosial
Merupakan faktor yang dilihat dari apa yang baik dan buruk yang sudah dianut oleh suatu masyarakat. Dimana faktor tersebut mempengaruhi tanggapan konsumen, oleh sebab itu pemasar harus benar-benar memperhitungkannya untuk strategi pemasaran. Faktor-faktor sosial yang dimaksud itu diantaranya:
·         Kultur rujukan
·         Keluarga
·         Peran dan status sosial

3.      Personal
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang berada dalam diri pembeli, faktor personal tersebut diantaranya:
·         Usia dan tahap daur hidup
·         Pekerjaan
·         Keadaan ekonomi
·         Gaya hidup
·         Kepribadian dan konsep diri

4.      Psikologi
Pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat biogenetik dan biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan yang diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk diterima oleh lingkungannya.
Psikologis itu sendiri dalam perilaku konsumen merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yang dilihat dari unsur dalam diri konsumen yang dapat membentuk perilaku konsumen, diantaranya:
·         Motivasi
·         Persepsi
·         Learning
·         Kepercayaan
·         Sikap

Sumber :
Simamora, Bilson. 2000. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.





Pengaruh Individu dalam perilaku konsumen

Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Pengaruh personal atau individu Merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang berasal dari faktor pada diri si konsumen, yang diantaranya:
·         Usia dan tahap daur hidup
Orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia. Pembelian dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga. Sehingga pemasar hendaknya memperhatikan perubahan minat pembelian yang terjadi yang berhubungan dengan daur hidup manusia.
·         Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Dengan demikian pemasar dapat mengidentifikasi kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk mereka.
·         Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Jadi jika indikator-indikator ekonomi tersebut menunjukkan adanya resesi, pemasar dapat mencari jalan untuk menetapkan posisi produknya.
·         Gaya hidup
Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat dna pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat, dapat membantu untuk memahami nilai-nilai konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen.
·         Kepribadian dan konsep diri
Tiap orang mempunyai kepribadian yang khas dan ini akan mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis yang unik yang menimbulkan tanggapan relatif konstan terhadap lingkungannya sendiri. Kepribadian sangat bermanfaat untuk menganalisis perilaku konsumen bagi beberapa pilihan produk atau erek, atau pemasar juga dapat menggunakan konsep diri atau citra diri seseorang. Untuk memahami perilaku konsumen, pemasar dapat melihat pada hubungan antara konsep diri dan harta milik konsumen. Konsep diri ini telah berbaur dalam tanggapan konsumen terhadap citra mereka.

            Sumber:
Simamora, Bilson. 2000. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedi Pustaka Utama.