Pengambilan keputusan
oleh konsumen akan berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Assael, seperti
dikutip Kotler (2000), membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen
berdasarkan pada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di antara
merek, seperti diilustrasikan di bawah ini.
Berikut penjelasan mengenai tipe-tipe
perilaku konsumen, yaitu:
1. Perilaku
membeli yang rumit (Complex Buying Behavior)
Perilaku ini membutuhkan
keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari
perbedaan-perbedaan yang jelas di antara merek-merek yang ada. Perilaku membeli
ini terjadi pada waktu membeli produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko
dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televisi, pakaian, jam
tangan, komputer dan lain-lain.
Biasanya konsumen tidak tahu
terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga
pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen
tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan dan atribut
penting lainnya.
2. Perilaku
membeli untuk mengurangi ketidakcocokan (Dissonance Reducing Buying Behavior)
Perilaku ini mempunyai keterlibatan
yang tinggi dan konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan di antara
berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk yang
harganya mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan membeli secara relatif cepat
karena perbedaan merek tidak terlihat. Contohnya yaitu karpet, keramik, pipa
PVC dan lain-lain. Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau yang
memberikan kenyamanan. Konsumen akan memperhatikan informasi yang mempengaruhi
keputusan pembelian mereka.
3. Perilaku
membeli berdasarkan kebiasaan (Habitual Buying Behavior)
Dalam hal ini, konsumen membeli
suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek.
Konsumen memilih produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi
karena mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak
mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak
terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk seperti gula,
garam, air mineral dalam kemasan, deterjen dan lain-lain.
Pemasar dapat membuat keterlibatan
antara produk dan konsumennya, misalnya dengan menciptakan produk yang
melibatkan situasi atau emosi personal melalui iklan. Misalnya dengan memberikan tambahan vitamin pada
minuman dan sebagainya.
4. Perilaku
Pembeli yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior)
Perilaku ini memiliki keterlibatan
yang rendah, namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku
dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku
ini bukan merupakan suatu yang mutlak. Sebagai market leader, pemasar dapat
melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai kehabisan stok atau
dengan promosi yang dapat mengingatkan konsumen akan produknya. Soalnya, sekali
kehabisan stok, konsumen akan beralih ke merek lain. Apalagi para pesaing sudah
menawarkan barang dengan harga yag lebih rendah. Ini jelas harus dicermati
dengan baik. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk yang sering dibeli,
harga murah dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.
Sumber:
Simamora, Bilson. 2000. Panduan Riset Perilaku
Konsumen. Jakarta: Gramedi Pustaka Utama.