2.
Penalaran
Deduktif
Penalaran
deduktif merupakan suatu penalaran yang didasarkan pada teori yang berlaku umum
tentang suatu hal atau gejala, kemudian ditarik kesimpulan hal yang khusus atau
penalaran yang disusun dari hal yang bersifat umum ke khusus. Berikut adalah
jenis-jenis dari penalaran deduktif yaitu:
1) Silogisme
Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif yang disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Dalam silogisme terdapat dua premis dan satu premis
kesimpulan. Kedua premis itu adalah premis umum atau premis mayor dan premis
khusus atau premis minor.
Silogisme dibagi menjadi tiga
jenis, diantaranya:
·
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial merupakan silogisme
yang semua proposisinya adalah kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme
disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor
(premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya
menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term). Dari kedua premis tersebut kesimpulan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
PU :
semua A = B
PK :
C = A
K :
C = B
Contoh:
PU : Semua laporan keuangan
digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu perusahaan.
PK : Laporan laba rugi
merupakan Laporan keuangan
K : Laporan kaba rugi
digunakan untuk menggambarkan kinerja suatu perusahaan.
Hukum-hukum Silogisme Kategorik:
Ø Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
PU :
Semua yang dilakukan dengan kerja keras,
membuahkan hasil.
PK : Sebagian
pekerjaan tidak membuahkan hasil.
K :
Sebagian pekerjaan tidak dilakukan dengan kerja keras.
Ø Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
PU :
Semua polusi mengganggu kesehatan.
PK :
Sebagian kota terkena polusi.
K :
Sebagian kota terganggu kesehatannya.
Ø Apabila
kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
P1 :
Beberapa murid SDN Kebon Bawang
pandai membaca puisi.
P2 :
Fresti adalah murid SDN Kebon Bawang.
Kedua premis tersebut tidak bisa
disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat
kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Ø Apabila
kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
P1 :
Kelinci bukan bunga kembang sepatu.
P2 : Kancil bukan
bunga kembang sepatu.
Kedua premis tersebut tidak
mempunyai kesimpulan
Ø Apabila
term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan.
Contoh:
semua ikan berdarah dingin. Binatang
ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang
melata.
Ø Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
P1 :
Kembang Sepatu adalah bunga
P2 :
Akasia bukan kembang sepatu
Akasia bukan bunga ?
Bunga pada konklusi merupakan term
negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif.
Ø Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
P1 :
Bulan itu berputar mengelilingi bumi
P2 : Desember adalah
bulan.
Desember berputar mengelilingi bumi?
Ø Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa
diturunkan konklusinya.
Contoh:
P1 :
Televisi adalah barang elektronik.
P2 :
Komputer adalah barang elektronik.
P3 :
Panci adalah alat masak.
P4 :
Kompor adalah alat masak.
Dari premis tersebut tidak dapat
diturunkan kesimpulannya
·
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotetik merupakan
argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis
minornya adalah proposisi kategorik. Ada empat macam tipe silogisme hipotetik:
Ø Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
PU : Jika banjir, saya memakai
sendal.
PK : Sekarang banjir.
K : Saya memakai sendal.
Ø Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya.
Contoh:
PU : Jika banjir surut, jalanan akan dipenuhi sampah.
PK : Sekarang jalanan telah
dipenuhi sampah.
K : Banjir telah surut.
Ø Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
PU : Jika perusahaan memiliki likuiditas
tinggi, maka investor akan tertarik pada perusahaan tersebut.
PK : Perusahaan memiliki likuiditas rendah.
K : Investor tidak akan tertarik pada
perusahaan tersebut.
Ø Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya.
Contoh:
PU : Bila perusahaan memiliki likuiditas
tinggi, maka investor akan tertarik pada perusahaan tersebut.
PK : Investor tidak tertarik pada perusahaan
tersebut.
K : Perusahaan memiliki likuiditas rendah.
Hukum-hukum Silogisme
Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran
konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
-
Bila A terlaksana maka B
juga terlaksana.
-
Bila A tidak terlaksana maka
B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
-
Bila B terlaksana, maka A
terlaksana. (tidak sah = salah)
-
Bila B tidak terlaksana maka
A tidak terlaksana.
·
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif merupakan
silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
PU :
Talia mengajar kursus bahasa inggris di daerah Kelapa Gading atau di Sunter.
PK :
Talia mengajar kursus bahasa inggris di daerah Kelapa Gading.
K :
Jadi, Talia tidak mengajar kursus bahasa inggris di daerah Sunter.
2) Entimem
Enitimem merupakan silogisme yang
dipersingkat, hanya terdiri dari premis khusus dan kesimpulan. Entimem mengandung penyimpulan sebab akibat dari kedua preposisi tersebut, yaitu
preposisi khusus (premi khusus) merupakan sebab bagi apa yang terkandung di
dalam preposisi kesimpulan.
Contoh:
Silogisme kategorial:
PU :
Semua karyawan PT Miracle (A) adalah lulusan perguruan tinggi (B).
PK :
Denny (C) adalah seorang karyawan PT Miracle (A).
K :
Denny (C) adalah lulusan perguruan tinggi (B).
Entimem: Denny adalah lulusan
perguruan tinggi, ia seorang karyawan PT Miracle.
Sumber:
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/paragraf-deduktif-ciri-cirijenis-contoh-paragraf-deduktif-dan-pengertian-paragraf-deduktif/
http://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar