RSS

Selasa, 19 Maret 2013

Penalaran Induktif


Apa itu Penalaran?
Penalaran merupakan suatu pemikiran atau cara berpikir secara logis dan sistematis untuk memperoleh suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Suatu kegiatan penalaran dapat bersifat ilmiah ataupun tidak ilmiah.  Dalam hal prosesnya, penalaran dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu, penalaran secara induktif dan penalaran secara deduktif. Penalaran ilmiah mencakup ke dalam kedua jenis penalaran tersebut.
1.      Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan proses penalaran untuk menarik suatu kesimpulan yang berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum dengan berdasarkan atas fakta-fakta yang sifatnya khusus atau suatu penalaran yang disusun dari hal yang bersifat khusus ke umum.
      Penalaran induktif terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a)      Generalisasi
Generalisasi merupakan proses penalaran secara induktif yang berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu.
Contoh:           
Di Maluku terdapat tari cakalele yang menggambarkan tari perang dimana biasanya diperagakan oleh pria dewasa yang  memegang parang dan perisai. Sulawesi terkenal dengan tarian pakarenanya yang diiringi oleh dua kepala drum dan sepasang instrumen alat semacam suling. Di NTT memiliki tari perang yang menunjukkan sifat-sifat perkotaan dan kepedulian mempermainkan senjata. Tari-tarian yang disebut tersebut merupakan beberapa tarian dari Indonesia bagian timur. Indonesia memiliki banyak pulau dan provinsi, membuatnya kaya akan budaya tarian dan patut untuk kita lestarikan dan perkenalkan ke mata dunia.

Kemudian, generalisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
·         Generalisasi dengan loncatan induktif
Generalisasi yang dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki dan diterapkan untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh pelajar sudah memiliki handphone.
·         Generalisasi tanpa loncatan induktif
Generalisasi yang dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan yang telah diselidiki.
Contoh:
Data survey LSM

b)     Analogi
Analogi merupakan proses penalaran secara induktif dimana pada kesimpulannya mengenai suatu kebenaran atau gejala yang ditarik berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. 
Contoh:
Kehidupan ini seperti roda yaitu bulat dan terus berputar. Terkadang ada saatnya kita berada di atas dan mungkin akan berbalik menjadi di bawah. Saat berada di atas, kita merasa mudah untuk melakukan segala sesuatu yang menjadi keinginan kita dan sering kali memunculkan suatu keegosian dan sombong, tetapi saat kita berada pada kondisi di bawah atau dalam hal kondisi ekonomi yang terpuruk, tidak dapat dipungkiri kita pasti akan putus asa dan kecewa. Berada di manapun posisi kita, tetap harus bersyukur dan rendah hati karena Tuhan mempersiapkan rencana yang indah untuk kita.

c)      Kausal
Kausal merupakan proses penalaran secara induktif dimana adanya hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat. Kausal dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya:
·         Hubungan sebab akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh:
Makan tidak teratur, Mengalami naiknya asam lambung yang sangat berlebihan, Menggunakan obat-obatan penghilang nyeri atau anti peradangan, seperti aspirin secara terus-menerus, Minum alkohol dan merokok, Makanan pedas, panas dan asam dan Pola tidur tidak teratur merupakan beberapa hal yang dapat membuat kita dapat terserang maag.
·         Hubungan akibat sebab
Dalam hubungan ini dikemukan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh:
Penyakit kanker, jantung, gangguan kehamilan bagi perempuan dan mempunyai dampak bahaya pula bagi yang menghirupnya merupakan hanya beberapa dari efek yang kita dapat bila merokok, apalagi dilakukan secara intens.
·         Hubungan sebab akibat 1 akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Pasokan beras di pasar tradisional pun semakin lama semakin menipis sehingga masyarakat kesulitan mendapatkan beras. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan impor beras dari negara tetangga dengan harapan masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan pangannya selama menunggu hasil panen berikutnya.




Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar